Perjalanan untuk Menjadi Seorang Dokter

Kehidupan kami tidak lepas dari kesehatan. Kesehatan merupakan perihal terpenting dalam hidup kita. Bagaimana tidak, kecuali kami lakukan suatu kegiatan namun kebugaran tubuh tidak terjaga maka kegiatan tidak mampu dilakukan.

Berbicara tentang kesehatan, pasti ada suatu hal terbenak dalam anggapan kami yaitu “kedokteran”.

Dokter merupakan profesi yang mempunyai tujuan mulia bagi yaitu menyembuhkan dan meringankan penyakit baik fisik maupun non-fisik terhadap pasien. Hal ini menjadikan profesi dokter menjadi profesi yang paling dipercaya dan mulia di dunia.

 Sebagai tidak benar satu bidang ilmu tua dan terus berkembang di dunia, kedokteran sudah mengalami transformasi berarti dan menjadi landasan bagi banyak penemuan medis penting untuk ikut Bimbel PPDS.

Ilmu kedokteran jadi berkembang pesat terhadap abad ke-20 lebih-lebih saat ini cakupan ilmunya jadi bervariasi layaknya kedokteran umum, bedah umum, gigi, farmasi, psikiatri, dan banyak lagi.

Di Indonesia, menjadi seorang dokter merupakan sebuah glorifikasi sosial secara turun-temurun. Bagaimana tidak, kecuali suatu keluarga ada tidak benar satu anggotanya yang berprofesi sebagai dokter maka status sosial keluarga berikut dapat meningkat di pandangan masyarakat.

Tak heran, banyak orang tua yang menyuruh anaknya untuk menjadi seorang dokter.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 275,77 juta jiwa. Jumlah berikut naik 1,13% dibandingkan terhadap tahun lantas yang sebanyak 272,68 juta jiwa. Usia produktifnya memperlihatkan kadar 69,25% penduduk Indonesia sebanyak 190.969 jiwa.

Dari banyaknya jumlah umur produktif penduduk Indonesia, diantaranya banyak yang menghendaki menjadi seorang dokter.

Realitanya untuk menjadi seorang dokter tidaklah mudah karena prosesnya yang benar-benar panjang. Berikut proses yang wajib di lewati untuk menjadi seorang dokter.

1) Lulus dari SMA/MA jurusan MIPA

Untuk mampu melanjutkan Pendidikan Dokter di perguruan tinggi, seorang pelajar diwajibkan untuk lulus SMA/MA dari jurusan MIPA (berdasarkan Kurikulum 2013 dan IDI). Seorang pelajar wajib tidak buta warna total maupun parsial.

2) Ikut seleksi tes masuk perguruan tinggi jurusan kedokteran

Bagi calon mahasiswa yang menghendaki masuk PTN maupun PTS, diwajibkan ikut seleksi tes masuk perguruan tinggi melalui jalan yang ada.

Sampai sekarang, jurusan kedokteran masih memegang tahta tertinggi dalam jurusan terketat yang artinya sukar untuk ditembus.

3) Masa pre-klinik

Seperti mahasiswa terhadap umumnya, mahasiswa kedokteran mempelajari beraneka ilmu di perkuliahan layaknya teori dan praktek

Di jaman ini, tuntutan dan beban kerja sangatlah besar. Mahasiswa kedokteran wajib mampu mengatasi dan menjalani jumlah materi yang besar, tekanan ujian, dan persiapan yang intensif. Ini termasuk merupakan waktu yang perlu untuk membangun dasar ilmu yang solid sebelum akan mereka terasa berinteraksi dengan pasien secara langsung nantinya

Di jaman ini termasuk merupakan cara awal yang perlu dalam perjalanan menjadi seorang dokter yang berkualitas dan kompeten. Setelah selesai, mahasiswa beroleh gelar S.Ked (Sarjana Kedokteran).

4) Ikut program profesi dokter  

Gelar S.Ked ternyata masih belum cukup untuk menjadi seorang dokter. Langkah selanjutnya yang wajib ditempuh adalah ikut program profesi dokter atau mampu kami sebut sebagai koas dengan durasi 1,5-2 tahun.

Disini para calon dokter mempraktekkan segala ilmunya (teori, praktek,kasus) yang sudah dipelajari kepada pasien asli di rumah sakit dengan bimbingan dan superivisi dari dokter yang sudah senior tentunya.

Setelah merampungkan tahap ini, para calon dokter wajib ikuti ujian berstandar nasional yang bernama Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Kedokteran (UKMPPD) yang terdiri atas ujian tulis dan ujian praktik.

Setelah lulus dari UKMMPD, para calon dokter dapat disumpah dengan Sumpah Dokter sebagai wujud pengabdian penduduk dan akhirnya dapat tertera gelar “dr.” didepan namanya.

5) Ikut Internship

Meskipun sudah menyandang gelar “dr.” didepan, para dokter muda wajib menjalani internship selama 1 tahun baik itu di rumah sakit maupun di puskesmas. Saat magang, para dokter selalu mendapat bimbingan dan pengawasan dari dokter senior dengan jam kerja sungguhan layaknya dokter sungguhan.

Setelah merampungkan jaman internship, status dokter lazim didapatkan. Para dokter lazim mampu bekerja di rumah sakit ataupun puskesmas lebih-lebih termasuk mampu membuka praktik sendiri.

Disaat inilah, seorang dokter selalu wajib belajar selama hidup mereka dari kasus-kasus penyakit yang baru ditemukan dari pasien.

6) Sekolah Spesialis

Sekolah spesialis sesungguhnya tidak wajib diambil oleh semua dokter umum. Tetapi bagi dokter lazim yang menghendaki melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu dengan mempelajari serta mendalami ilmunya dibidang tertentu, layaknya bedah, paru-paru, anak dan lain sebagainya, maka ia wajib menyita sekolahh spesialis dengan durasi waktu selama 4-6 tahun.

Setelah selesai, para dokter dapat menyandang gelar spesialis di belakang namanya layaknya Sp.A (Spesialis Anak), Sp.B (Spesialis Bedah), dan lain sebagainya.

Jika ditotal, lamanya perjalanan waktu untuk menjadi seorang dokter lazim adalah 6 tahun dan dokter spesialis 10 tahun. Tidak berhenti disitu saja, para dokter termasuk masih wajib belajar dari kasus-kasus nyata yang baru dari pasien. Tak heran kecuali stigma penduduk tentang profesi dokter adalah pekerjaan yang belajarnya seumur hidup.

Dibalik perjalanannya yang panjang, tentunya terdapat suatu pengorbanan besar yaitu tidak benar satunya adalah biaya. Biaya untuk menjadi seorang dokter ternyata cukuplah besar. Bagaimana tidak, dimasa preklinik alias berkuliah di perguruan tinggi saja mahasiswa kedokteran sudah menghabiskan biaya ratusan juta cuma untuk beroleh gelar S.Ked saja (belum sampai koas, spesialis) dan lain-lain. Biaya ini belum termasuk biaya pembelajaran dikuliah (buku), alat-alat praktikum dan lainnya. Contohnya mampu kami ambil data biaya kuliah kedokteran dari tidak benar satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.

Selain biaya, masih banyak aspek yang menjadi pengorbanan besar untuk menjadi seorang dokter. Meskipun perjalanan seorang dokter itu cukup lama dan dipenuhi dengan beraneka beban, tantangan, dan pengorbanan yang besar namun selalu banyak dari mereka memilih profesi ini karena panggilan dan hasrat mereka untuk menyembuhkan dan melindungi orang lain. Mereka percaya bahwa faedah yang mereka berikan kepada pasien dan penduduk dapat benar-benar berharga. Rasa belas kasih dan senyuman hangat dari pasien kelak menjadikanh harapan serta hadiah terbaik dalam hidup mereka.